Pages

Subscribe:

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Jumat, 10 Maret 2017

Aik III (Muhammadiyah sebagai tajdid fi Al - Islam)

Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang menjalankan dakwah dan tajdid melalui system organisasi yang selalu dinamis dan tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip Islam yang kokoh bedasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Shahihah (maqbulah), bukan semata mata untuk pemurnian belaka, tetapi sekaligus pembaruan dalam menjawab dan memandu kehidupan di tengah perkembangan zaman. Dengan demikian karakter gerakan Muhammadiyah itu dakwah dan tajdid, yang juga mengandung dimensi pemurnian (tandhi al- ‘aqiqah al- islamiyyah) sekaligus pembaruan (tajdid fi al-islam). Bukan semata-mata pembaruan, tetapi juga dakwah. Bukan semata-mata pemurnian, tetapi juga pembaruan. Pemurnian berarti “pengotentikan”, kembali pada islam yang benar-benar murni atau asli sebagaimana ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Nabi yang Shahihah (maqbullah), dengan mengembangkan ijtihad sesuai dengan manhaj Tarjih.


Ketika Muhammadiyah didirikan, para tokohnya termasuk K.H.Ahmad Dahlan belum memikirkan landasan konsepsional dan teoritis tentang apa yang dilakukanya. Yang terjadi mereka melakukan upaya menyebarkan ajaran Islam secara praktis dan pragmatis, dengan cara yang baik dan benar sesuai dengan tuntutan Rasulullah. Pada masa awal itu kecenderungan sikap yang reaktif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi mulai terlihat, dalam hal ini terlihat adanya pembetulan arah kiblat dalam pelaksanaan sholat. Jargon yang diusung pada saat itu adalah Kembali kepada Al-Qur’an dan as sunnah.

Pada permulaan abad XX umat islam Indonesia menyaksikan munculnya gerakan pembaruan pemahaman dan pemikiran Islam yang pada esensinya dapat dipandang sebagai salah satu mata rantai dari serangkaian gerakan pembaharuan Islam yang telah mulai berdiri sejak dari Ibnu taimiyah di Siria, diteruskan Muhammad ibn Abdul Wahab di Saudi Arabia dan kemudian Jamaluddin al Afgani bersama muridnya Muhammad Abduh di Mesir. Munculnya gerakan pembaharuan pemahaman agama itu merupakan sebuah fenomena yang menandai proses islamisasi yang terus berlangsung. Yakni suatu proses, di mana sejumlah besar orang islam memandang keadaan agama yang ada termasuk pada diri mereka sendiri sebagai sesuatu yang belum memuaskan. Karena sebagai langkah perbaikan diusahakan kembali untuk memahami Islam, dan selanjutnya berbuat sesuai dengan apa yang Mereka anggap benar.


C. Model – model Tajdid dalam Muhammadiyah

            Model tajdid/ pembaruan Muhamadiyah secara ringkas dapat dibagi ke dalam tiga bidang, yaitu bidang keagamaan, pendidikan dan kemasyarakatan.

1.     Bidang Keagamaan

Pembaruan dalam bidang keagamaan adalah penemuan kembali ajaran atau prinsip dasar yang berlaku abadi, yang karena waktu, lingkungan situasi dan kondisi mungkin menyebabkan dasar-dasar tersebut kurang jelas dan tertutup oleh kebiasaan atau pemikiran tambahan lain.

Di atas telah disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pembaharuan dalam bidang keagamaan adalah memurnikan kembali atau mengembalikan kepada keaslianya. Oleh karena itu, dalam pelaksanan agama baik yang menyangkut akidah ataupun ibadah harus sesuai dengan aslinya, yaitu sebagaimana yang diperintahkan dalam al Qur’an dan dituntunkan oleh Nabi Muhammad melalui sunah-sunahnya.

Al-Qur’an dan as Sunnah maqbuliah merupakan landasan bagi Muhammadiyah untuk melakukan pembaharuan Islam. Pembaharuan teologi yang dilakukan Muhammadiyah meliputi : dimensi kemasyarakatan, supaya Islam tetap berada ditengah-tengah masyarakat bahkan dapat memiliki kontribusi yang sangat positif dalam memecahkan masalah-masalah kemasyarakatan. Muhammadiyah secara teologis berdasar Islam yang berkemajuan, namun secara sosiologis memiliki kolerasi dengan konteks hidup umat Islam dan masyarakat Indonesia yang berada dalam keterbelakangan. Muhammadiyah berorientasi pada kemajuan dalam pembaruannya, yang mengarahkan hidup umat Islam untuk beragama secara benar dan melahirkan rahmat bagi kehidupan. Islam tidak hanya ditampilkan secara otentik dengan jalan kembali kepada sumber ajaran Al-Qur’an dan as Sunnah maqbullah, tetapi juga menjadi kekuatan untuk mengubah kehidupan manusia dari serba ketertinggalan dalam ilmu, iman dan amal menuju pada Islam berkemajuan. Penggunaan kerudung untuk wanita, dan pemisahan laki-laki dan wanita dalam pertemuan-pertemuan yang bersifat keagamaan.

2.     Bidang Pendidikan

Dalam kegiatan pendidikan, Muhammadiyah mempelopori dan menyelenggarakan sejumlah pembaharuan dan inovasi yang lebih nyata. Bagi Muhammadiyah, yang berusaha keras menyebarluaskan Islam, pendidikan punya arti penting. Karena melalui bidang inilah pemahaman tentang Islam dapat diwariskan dan ditanamkan dari generasi ke generasi.

Pembaharuan pendidikan meliputi dua segi yaitu segi cita-cita dan segi teknik pengajaran. Dari segi cita-cita ingin membentuk manusia muslim yang baik budi, alim dalam agama, luas dalam pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan, dan bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya

Adapaun teknik pengajaran lebih banyak berhubungan dengan cara-cara penyelenggaraan pengajaran. Dengan mengambil unsur-unsur yang baik dari sistem pendidikan Barat dan system pendidikan sendiri. Seperti sekolah model barat tetapi dimasukan pelajaran dan agama di dalamnya, sekolah agama dengan menyertakan pelajaran umum. Bermacam-macam sekolah kujuruan dan lain-lain. Sedangkan dalam cara penyelenggaraanya, proses belajar-mengajar itu tidak dilaksanakan di masjid dan langgar, tetapi di gedung yang khusus yang dilengkapi dengan meja kursi dan papan tulis tidak lagi duduk di lantai.

Selain pembaharuan dalam lembaga pendidikan formal, Muhammadiyah pun telah memperbaharui pendidikan tradisional non formal yaitu pengajian. Semula pengajian dilakukan dimana orang tua atau guru privat mengajar anak-anak kecil membaca Al-Qur’an dan beribadah. Oleh Muhammadiyah diperluas dan pengajian disitematisasikan ke dalam bentuk juga isi/tema pengajian diarahkan pada masalah kehidupan sehari-hari umat islam.

Begitu pula Muhammadiyah telah mewujudkan bidang bimbingan dan penyuluhan agama dalam masalah-masalah yang diperlukan dan mungkin bersifat pribadi. Seperti mempelopori pendirian badan penyuluhan perkawinan di kota-kota besar, konsultasi keluarga sakinah oleh ‘Aisyiyah sebagai wanitanya Muhammadiyah. Dengan menyelenggarakan pengajian dan nasehat yang bersifat pribadi tersebut dapat ditunjukkan bahwa Islam menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia.

3.     Bidang Sosial Kemasyarakatan

Muhammadiyam merintis bidang social kemasyarakatan dengan mendirikan rumah sakit, poliklinik, panti asuhan, rumah singgah, panti jompo. Pusat kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), posyandu lansia yang dikelola melalui amal usahanya dan bukan secara individual sebagaimana dilakukan orang pada umumnya.

Usaha pembaharuan dalam bidang social kemasyarakatan ditandai dengan didirikanya Pertolongan Kesengsaraan oemoem (PKO) pada tahun 1923. Ide di balik pembaharuan dalam bidang ini karena banyak di antara orang islam yang mengalami kesengsaraan dan hal ini merupakan kesempatan bagi kaum muslimin untuk saling tolong menolong. Perhatian pada kesengsaraan orang lain dan merupakan kewajiban sesama muslim tidak hanya sekedar karena kasih sayang pada sesama tetapi juga perwujudan social dari semangat beragama. Hal ini merupakan gerakan social dengan ilham keagamaan. Contohnya ialah pengalaman firman Allah dalam surat Al-ma’un 107: 1-7 :

Description: Macintosh HD:Users:nanda:Documents:al maun.jpg

1.     Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
2.     Itulah orang yang menghardik anak yatim,
3.     Dan tidak menganjurkan memberi Makan orang miskin.
4.     Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat.
5.     (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
6.     Orang-orang yang berbuat riya
7.     Dan enggan (menolong dengan) barang berguna.


Pesan yang terkandung dalam surat Al-Ma’un adalah ajaran tolong menolong sebagai bentuk dari amal shaleh yang dapat memunculkan soladaritas yang berujung pada mahabbah atau saling mencintai yang dimulai dari ta’aruf, yaitu saling mengenal yang dilanjutkan dengan tafahum, yaitu saling memahami, dari konsep ini melahirkan tadhamun atau saling menghargai. Tadhamun akan melahirkan tarahum dan akhirnya terbentuklah suasana ta’awun atau saling tolong menolong di antara masyarakat. Ajaran ini direalisasikan oleh Muhammadiyah melalui pendirian lembaga pendidikan, rumah sakit, panti asuhan, dan juga melalui cara mengumpulkan dan mendistribusikan zakat kepada yang berhak (badan amil). Pembaharuan sosial kemasyarakatan yang dilakukan dilakukan oleh Muhammadiyah merupakan salah satu wujud dari ketaatan beragama dalam dimensi sosialnya untuk tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

0 komentar:

Posting Komentar