BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pronator Teres Syndrome (atau biasa
disebut Pronator syndrome) adalah salah satu dari tiga syndroma jeratan saraf
nervus Median, selain Carpal tunnel Syndrome dan Syndrome saraf Intrerosseous
Anterior yang dimana Pronator teres ini sendiri merupakan Insidensi terbesar
kedua setelah Carpal tunnel Syndrome, pada kasus jeratan Saraf Nervus Median secara umum.
Otot Pronator teres adalah otot yang
berada pada lengan bagian bawah. Sesuai dengan namanya, Otot ini berfungsi
untuk melakukan gerakan pronasi lengan bawah. Salah satu kelainan yang sering
terjadi berkaitan dengan otot ini adalah Sindrom Pronator teres, dimana
menyebabkan rasa nyeri pada pergelangan tangan.
Pronator Teres Syndrome (PTS) pertama
kali dikemukakan oleh Tiedemann pada tahun 1822, dan pada tahun 1848 Struthers
adalah orang pertama yang menggambarkan struktur jeratan pada saraf medianus.
Pronator
Teres (PTS) adalah Jebakan neuropati terbanyak kedua setelah Sindroma
terowongan karpal. Peningkatan risiko sindrom pronator dapat dikaitkan dengan
kegiatan individu yang terlibat, gerakan berulang pada siku, pergelangan tangan, dan gerakan tangan
seperti memotong kayu, bermain olahraga raket, dayung, angkat berat, atau
melempar. Namun, insidensi sindrom pronator pada wanita adalah empat kali lebih
besar daripada laki-laki, menunjukkan bahwa anomali anatomi (variasi
struktural) dan tidak berlebihan merupakan faktor risiko yang dominan. Lengan
yang dominan kemungkinan besar akan terpengaruh, terutama jika individu berotot
(hipertrofi otot). Sindrom pronator yang paling sering didiagnosis pada orang
antara usia 40 dan 50.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
definisi sidroma pronator teres?
2. Bagaimana
anatomi dan persyarafan otot pronator teres?
3. Bagaimana
biomekanik pada elbow?
4. Apa
etiologi syndroma pronator teres?
5. Bagaimana
melakukan pemeriksaan fisik pada pronator teres?
6. Bagaimana
terapi pada pronator teres?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui definisi sindroma pronator teres
2. Untuk
mengetahui anatomi dan persyarafan pronator teres
3. Untuk
mengetahui biomekanik pada elbow complex
4. Unutk
mengetahui etiologi sindroma pronator teres
5. Untuk
mengetahui pemeriksaan fisik pada pronator teres
6. Untuk
mengetahui terapi pada syndrome pronator teres
BAB II
TINJAUAN PUSATAKA
A.
Definisi
Sindroma Pronator Teres
Sindroma
Pronator Teres adalah suatu Kumpulan gejala yang khas
ditandai dengan rasa nyeri ringan
hingga sedang pada lengan bawah, Nyeri bertambah dengan pergerakan siku,
supinasi dan pronasi yang berulang, dan gerakan genggaman yang berulang.
Hilangnya ketangkasan tangan, kelamahan ringan, parastesia saraf median dapat
terjadi, rasa baal bisa saja terjadi tidak hanya pada jari, namun dapat juga
terjadi pada daerah telapak tangan karena terkenanya saraf kutan daerah palmar
yang dicabangkan.
B.
Anatomi
dan Persarafan
Pronator teres berasal dari kata
“pronus” yang berarti condong ke depan” dan “teres” yang mempuyai arti bulat
atau berbentuk silinder, sehingga mengacu kepada bentuk otot menjadi Otot silinder yang pronates (lengan
bawah). Otot-Otot pronator teres terletak pada lengan bagian bawah, yang
bersama sama dengan pronator kuadratus, berfungsi untuk pronasi lengan bawah.
Otot pronator teres memiliki 2 kepala, Humerus dan Ulnar. Dimana kepala humerus
lebih besar dan lebih dangkal, sedangkan kepala ulnar adalah fasikulus tipis,
yang muncul dari sisi sebelah medial dari prosesuskoronoideus ulna.
a.
Nervus
Medianus
Pleksus brakhialis secara topografi
terdiri atas radiks (root), trunkus (trunk), fasikulus (cord) dan cabang (branches). Dua nervus berasal langsung
dari radiks yang kemudian membentuk fasikulus; yang pertama yaitu nervus
scapular dorsalis dari C5 yang menginervasi levator scapula dan rhomboid, yang
kedua adalah nervus torakalis dari C5, C6 dan C7. Kemudian radiks bergabung
membentuk tiga fasikulus. Gabungan C5 dan C6 membentuk trunkus superior,
kemudian C8 dan T1 membentuk trunkus inferior.sedangkan radik C7 sendiri
membentuk trunkus medialis. Masing-masing dari ketiga trunkus tersebut
bercabang dan membentuk divisi anterior dan posterior. Fasikulus posterior dibentuk
oleh gabungan ketiga divisi posterior. Divisi anterior dari trunkus superior
dan medialis membentuk fasikulus lateralis. Kemudian divisi anterior dari
trunkus inferior membentuk fasikulus medialis.
Nervus medianus berasal dari fasikulus
lateralis dan medialis dari pleksus brachialis yang merupakan saraf gabungan
dari radiks C6 dan T1. Nervus medianus mempersarafi sebagian besar otot-otot
fleksor lengan bawah dan otot tenar. Saraf ini juga yang memberikan sensasi
pada kulit di telapak tangan bagian lateral dan pada ujung-ujung jari, yaitu
sepanjang permukaan bagian volar ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah serta
sebagian jari manis. Serabut saraf sensoris jari telunjuk dan jari tengah
memasuki radiks C7 melalui fasikulus lateralis dan trunkus medialis sementara
itu kulit ibu jari menerima serabut saraf dari radiks C6 dan sebagian dari
radiks C7 melalui fasikulus lateralis dan trunkus superior atau medialis.
Nervus medianus tidak menginervasi otot-otot di lengan atas. Saraf ini memasuki
lengan bawah melalui antara dua kaput pronator teres dan mempersarafi fleksor
karpi radialis, palmaris longus dan fleksor digitorum superfisialis yang
kemudian bercabang menjadi nervus interoseus anterior yang menginervasi otot
fleksor polisis longus , otot pronator quadratus dan otot fleksor digitorum
profundus I dan II. Cabang utama nervus medianus memasuki pergelangan tangan
melalui terowongan karpal dan menginervasi otot abductor polisis brevis, opponent pollicis, separuh bagian
lateral otot fleksor pollicis brevis dan otot lumbrikal I dan II.
Pada lengan bawah, N. Medianus melewati sepanjang sisi
medial dari arteri brakhialis yang terhubung dengan struktur berikut :
-
Antara pangkal otot pronator teres
(insersio pada epicondylus medialis dan pada prosesus koronoideus dari ulna).
-
Kemudian di antara flexor digitorum
superficialis dan profundanya, di dalam lapisan antara otot fleksor digitorum
profunda dan fleksor pollicis longus.
-
Sekitar 5 cm di atas pergelangan
tangan, N. Medianus muncul lagi pada sisi lateral dari fleksor digitorum
superfisialis dan mempersarafi pada: kulit (anterior), tendo muskulus fleksor
pollicis longus dan fleksor karpi radialis (lateral), tendo fleksor digitorum
superfisialis muskulus palmaris longus (medial), serta muskulus pronator
quadrates (posterior).
Di
bawah muskulus pronator quadratus, N. Medianus menyeberangi pangkal arteri
ulnaris yang kemudian berhubungan dengan: arteri radialis dan cabang persarafan
kulit dari nervus radialis serta otot brakhioradialis (lateral); arteri dan
nervus ulnaris yang terselubung oleh otot fleksor karpi ulnaris (medial).
C.
Biomekanik
Elbow Complex
Elbow
joint terdiri atas 3 sendi yaitu : hu-meroulnar joint, humeroradial joint, dan
proximal radioulnar joint. Ketiga sendi tersebut dibungkus oleh kapsul sendi
yang sama. Tulang yang membentuk elbow dan forearm adalah os humerus bagian
distal, os radius dan os ulna.
a. Humeroulnar joint
Humeroulnar
joint merupakan sendi ber-bentuk hinge (engsel) dengan trochlea hu-meri yang
ovular bersendi dengan fossa trochlearis ulna. Permukaan trochlea humeri
menghadap ke-arah anterior dan bawah membentuk sudut 45o dari shaft humeri.
Fossa trochlearis ulna menghadap keatas dan anterior membentuk sudut 45o dari
ulna. Pada umumnya, bagian anterior sulcus trochlearis nampak berjalan vertikal
tetapi pada bagian posterior nampak berjalan oblique kearah distal lateral
sehingga pa-da saat extensi penuh akan terbentuk carrying angle pada lengan
(normal = 15o).Gerak utama pada sendi ini adalah fleksi-ekstensi (fossa yang
konkaf slide dalam arah yang sama dengan gerak ulna). Sendi ini paling stabil
pada close pack po-sition ekstensi elbow.Untuk mencapai ROM penuh, maka gerak
fleksi selalu disertai varus angulasi (lateral slide) & gerak ekstensi
selalu disertai valgus angulasi (medial slide).Gerak arthrokinematika pada
humeroulnar joint adalah gerak slide mengikuti gerak angular tulang.
Arthrokinematic dan osteokinematic:
a) Gerak
fisiologis fleksi-ekstensi merupakan gerak osteokinematik : rotasi ayun dlm
bidang sagital.
b) Gerak
arthrokinematik: traksi os ulnae kearah 45° dorso-distal serta translasi saat fleksi: 45° ventro-proximal
dan saat ekstensi kearah 45° dorso-distal.
c) MLPP
posisi fleksi 70° dan antara pronasi-supinasi.
d) CPP
maximal extension.
e) Capsular
pattern Humeroulnar joint ROM : ekstensi > fleksi.
b.
Humeroradial
joint
Humeroradial
joint dibentuk antara capitu-lum humeri yang berbentuk spherical de-ngan ujung
proksimal radius (fovea capitu-lum radii). Sendi ini berbentuk hinge-pivot
joint. Humeroradial joint memberikan kontribusi terhadap gerak fleksi-ekstensi
elbow. Pada saat pronasi-supinasi lengan bawah, caput radii mengalami spin
terhadap capitu-lum humeri. Pada arthrokinematika, per-mukaan caput radii yang
konkaf akan slide dalam arah yang sama dengan gerakan tulang .
Arthrokinematic dan osteokinematic
a)
Gerak fisiologis fleksi-ekstensi sesuai
dengan gerak humero ulnar joint dlm komponen osteokinematik rotasi ayun dalam
bidang sagital.
b)
Gerak arthrokinematic traksi ke distal
searah sumbu longitudinal os radii, gerak translasi saat fleksi kearah ventral
dan saat ekstension kearah dorsal tegak lurus sumbu radii.
c)
MLPP dan CPP sesuai dengan humero ulnar
joint.
c. Proksimal Radio Ulnar Joint
Sendi
ini dibentuk oleh fossa radialis ulna yang bersendi dengan caput radii. Sendi
ini merupakan uniaxial pivot joint yang terbungkus dalam kapsul elbow joint.
Proksimal radioulnar joint diperkuat oleh li-gamen annulare radii yang dibantu
oleh serabut anterior ligamen collateral medial & lateral. Karena tergolong
uniaxial pivot joint, maka proksimal radioulnar joint berperan besar terhadap
gerak pronasi-supinasi lengan bawah à radius bergerak menyilang diatas ulna
saat pronasi. Pada saat gerak pronasi-supinasi, caput radii yang berbentuk
konveks akan bergerak terhadap fossa radialis ulna yang konkaf sehingga arah
slide berlawanan arah dengan gerakan tulang.
Arthrokinematic dan osteokinematic :
a)
Sendi putar, yaitu perputaran capitulum
radii terhadap fovea radii os ulna bersama dengan distal radioulnar joint,
dalam klinis gerak pronasi – supinasi.
b)
Arthrokinematiknya berupa gerak
translasi saja, pronation terjadi translasi caput radii ke dorsal dan saat
supinasi terjadi translasi ke ventral.
d. Distal Radioulnar Joint
Distal
radioulnar joint dibentuk oleh fossa ulnaris radii yang bersendi dengan caput
ulna. Sendi ini bergerak secara simultan dengan proksimal radioulnar joint.
Saat gerak pronasi-supinasi, fossa ulnaris ra-dii yang konkaf bergerak slide
dalam arah yang sama dengan gerak tulang.
e.
Mid-radioulnar
joint
Mid-radioulnar
joint tergolong kedalam syndesmosis yaitu jaringan fibrous padat yang mengikat
kedua buah tulang. Mid-radioulnar diikat oleh jaringan fibrous yaitu membrana interosseus.
Mid-radioulnar joint berpartisipasi dalam gerakan pronasi-supinasi lengan
bawah.
D.
Etiologi
Penyebab
paling umum adalah jebakan dari saraf median antara dua caput otot Pronator
teres . Penyebab lainnya adalah kompresi saraf dari arkus fibrosa yang
superficialis fleksor, atau penebalan pada aponeurosis bisipitalis. Terdapat 5
area potensial terjadinya Jeratan saraf :
a.
Supracondylar Process
Jarang terjadi dan hanya ditemukan
kuran lebih 1%.
b. Ligament
dari Struthers
-
Di bawah ligamentum Struthers, yaitu
jaringan yang berjalan dari prosesus suprakondiler pada distal humerus (sisi
ulnar) ke epikondilus medialis.
-
Pada siku yaitu pada perjalanannya di
sepanjang otot pronator teres, sehingga terdapat 3 tempat pada pasase ini yang
dapat terjadi kompresi saraf, yaitu cabang dari tendon biseps dan insersio
ulnaris pada otot pronator teres.
-
Pada terowongan karpal di pergelangan
tangan.
a. Aponeurosis
Bicipital
b. Diantara
Caput ulnar dan Humerus pada Pronator teres
c. Aponeurosis
arkus FDS
E.
Gejala Klinis
Gejala local yang didapatkan:
a) Rasa
berat, kaku ataupun keram pada tangan.
b) Kesemutan
pada otot tenar ibu jari dan tiga jari di sampingnya.
c) Nyeri
pada area otot pronator teres pada siku atau lengan bawah saat otot
berkontraksi.
d) Nyeri
dan kesemutan saat melakukan gerakan antagonis seperti pronasi dari lengan
bawah dan fleksi dari pergelangan tangan.
e)
Disfungsi motorik dari otot yang
diinervasi oleh kolateral distal dari N.Medianus (setelah persarafan
meninggalkan otot pronator teres); sehingga otot pronator teres dapat tidak
terkena disfungsi namun otot pronator quadrates yang terkena.
f)
Baal dan tebal pada sisi medial ibu
jari dan sisi lateral telunjuk
a.
Arthralgia pada Siku
F.
Pemeriksaaan Fisik
Tes Provokatif spesifik pada Pemeriksaan Jeratan Saraf Median
:
a) Pasien
berdiri dengan siku fleksi 90 derajat. Pemeriksa menempatkan satu tangan pada
siku pasien untuk stabilisasi, dan tangan lainnya menggenggam tangan pasian
pada posisi bersalaman. Pasien mempertahankan posisi ini, sementara pemeriksa
melakukan supinasi pada lengan bawah pasien (memaksa pasien melakukan kontraksi
pada otot pronator pasien). Sementara melakukan gerakan supinasi, pemeriksa
juga melakukan ekstensi pada siku, dengan menarik genggaman ke distal.
b) Jika
terdapat nyeri atau ketidaknyamanan pada saat ini, maka dipastikan bahwa
terdapat kompresi N. Medianus oleh pronator teres. (Pasien harus tetap
merelaksikan siku pada saat tes, karena siku yang kaku akan menyulitkan pemeriksa
pada saat ekstensi).
G.
Penatalaksanaan Fisioterapi
a. .Ultra
Sound
Penggunaan ultra sound pada kasus carpal tunnel syndrome
adalahuntuk meningkatkan sirkulasi darah akibat efek micro massage yang
ditimbulkan dan menyebabkan efek thermal sehingga menyebabkanotot relaksasi.
Dengan diberikan gel dengan lama terapi 3 menit dari luas area 9cm2, dibagi ERA
3cm2, intesitas 1 watt/cm2.
b. Infra Merah
Penggunaan infra
merah pada kasus carpal tunnel syndrome adalah untuk menaikan temperatur pada
jaringan sehingga menimbulkan vasodilatasi pembuluh darah selain itu pemanasan
yang ringan otot akan menimbulkan pengaruh sedatif terhadap ujung-ujung syaraf
sensoris. Dengan waktu terapi 15 menit dan jarak IR dengan area terapi 30-45
cm. Memenitor pasien setiap 5 menit.
c. Terapi latihan
a) Active
exercise
Adalah gerakan yang dilakukan karena
adanya kekuatan otot dan anggota tubuh sendiri tanpa bantuan, gerakan yang
dihasilkan oleh
kontraksi dengan melawan gravitasi.
b) Passive
exercise
Adalah latihan gerakan yang dilakukan
oleh bantuan dari luar dan
bukan merupakan kontraksi otot yang disadari. Menurut Kisner
and Colby (2007) gerak passive exercise menyebabkan efek
penurunan nyeri akibat aliran darah lancar serta membuat
daerah
sekitar sendi menjadi rileks sehingga bisa menambah LGS dan
menjaga elastisitas otot.
c) Resisted
active exercise
Resisted active exercise dapat
meningkatkan kekuatan otot
oleh karena jika suatu tahanan diberikan pada otot yang
berkontraksi, maka otot tersebut akan beradaptasi dengan
meningkatkan kekuatan otot akibat hasil adaptasi syaraf dan
peningkatan serat otot (Kisner and Colby, 2007).
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Otot-Otot pronator teres terletak pada lengan bagian bawah,
yang bersama sama dengan pronator kuadratus, berfungsi untuk pronasi lengan
bawah. Otot pronator teres di inervasi oleh N. Medianus.
Sindroma Pronator Teres adalah suatu kumpulan gejala yang
khas ditandai dengan rasa nyeri ringan hingga sedang pada lengan bawah, Nyeri
bertambah dengan pergerakan siku, supinasi dan pronasi yang berulang, dan
gerakan genggaman yang berulang.
Penyebab paling umum adalah jebakan dari saraf median antara
dua caput otot Pronator teres. Penyebab lainnya adalah kompresi saraf dari
arkus fibrosa yang superficialis fleksor, atau penebalan pada aponeurosis
bisipitalis.
Penatalksanaan
pada sindroma pronator teres bisa dilakukan secara konsevatif atau pembedahan.
Tujuan utama dari terapi adalah dekompresi dari N. Medianus, pengobatan yang
efektif dalam merelaksasi otot pronator dan fleksor, serta mengurangi tegangan
mekanis pada sistem fibromuskuler dari lengan bawah.
0 komentar:
Posting Komentar