Pages

Subscribe:

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Jumat, 10 Maret 2017

MK Anatomi Terapan (Shoulder complex tugas smt 2)

SHOULDER COMPLEX

Shoulder complex merupakan sendi yang paling kompleks pada tubuh manusia. Dibentuk oleh tulang-tulang scapula, clavicula, sternum dan humerus. Dari keempat tulang ini membentuk  sendi - sendi: glenohumeralis, acromioclavicularis, sternoclavicularis dan scapulothoracic. Dan di lengakpi dengan otot otot yang berguuna untuk menggerakan shoulder complex. Otot-otot di shoulder complex (deltoideus, supraspinatus, infraspinatus, teres minor, subscapularis, pectoralis major, coracobrachialis) dan sendi-sendi bergerak bersama-sama saling mempengaruhi dan menjadi gerak gerakan yang kompleks.

































A.   Ligamentum di shoulder complex :

1.     Interclavivular ligament : ligament yang terletak di tengah diantara kedua 
Clavikula.
2.     Costoclavicular ligament : ligament yang melekat di 1/3 ujung medial   clavicula, dan menghubungkan clavicula dengan costa.
3.     Sternoclavicular ligament : ligament yang menghubungkan clavicula dengan sternum.
4.     Acromioclavicular ligament : ligament yang menghubungkan clavicula dengan acromion.
5.     Coracoacromial ligament : ligament yang menghubungkan acromion dengan procesus coracoideus.
6.     Coracoclavicular ligament ; ligament yang menghubungkan processus coracoideus dengan clavicula. Terbagi menjadi 2 bagian:
a.     Conoid portion
b.     Trapezoid portion


B.    Osteokinematika Shoulder Complex:

1.     Flexion
2.     Extension
3.     Hyperextension
4.     Abduction
5.     Adduction
6.     Circumduction
7.     Lateral rotation
8.     Medial rotation
9.     Horizpntal abduction
10.  Horizontal adduction
11.  Scaption


C.    Persendian di Shoulder Complex:

1.     Glenohumeral  Joint

Struktur sendi jenis ‘ball and socket joint’ dibentuk oleh glenoid cavity yang cekung menghadap ke lateral serong cranioventral dengan caput humeri yang berbentuk cembung.

a.     Arthrokinematic dan osteokinematic
1)    Gerak fisiologis flexio – extension à osteokinematik : rotasi spin bidang sagital ROM. Flex : 180° Ext : 60° dengan stretched end feel (elastic) Artrokinematic nya berupa : spin
2)    Abduction à osteokinematic pendular rotation abduction bidang frontal ROM 90° dan end feel elastic harder. Arthokinematic à caudal translation
3)    Internal rotation à osteokinematic rotasi putar bidang transversal ROM 100° dan elastic end feel.  Arthokinematic nya berupa  dorsal translation
4)    External rotasi à osteokinematic rotasi putar bidang transversal ROM 80°dan elastic end feel. Arthokinematic à ventral translation
5)    Horizontal Abduction dan Horizontal Adduction dengan osteokinematic rotasi pendular bidang transversal ROM 110° dan 30° dengan elastic end feel.
6)    Arthrokinematic à ventral translation dan dorsal translation
7)    Seluruh komponen à arthrokinematic traction dengan arah lateral sedikit serong ventrocranial.

b.     MLPP dan CPP
1)    MLPP à posisi kekendoran capsule ligamentair nya maksimal,: flexion – abduction + 30° dan sedikit internal rotation.
2)    CPP : posisi sendi penguncian permukaan sendi atau koaptasi maksimal, yaitu posisi abduction – flexion penuh.
3)    Capsular pattern Keterbatasan gerak sendi karena pemendekan seluruh capsule ligamentair dengan pola ROM : External rotation < abduction < internal rotation

2.     Acromioclavicular Joint

Merupakan sendi synovial (kecil) berupa hubungan antara clavicula dengan acromion. Sendi ini diperkuat oleh fibrus capsule yang tertutup oleh ligamentum acromioclaviculare superior dan inferior, conoid dan trapezoid. Struktur sendi plane joint dimana acromion konkaf menghadap ke medial dan clavicula konveks. Dalam klinis gerakan yang dijumpai adalah Elevation - Depression dan Protraction – retraction. Yang gerak acromion (konkaf) à arthrokinematic nya mengikuti gerak  osteokinematik : elevasi à translasi acromion ke cranial dan depression à translasi acromion ke caudal. Protraction à translasi acromion ventral dan retraction à translasi acroimion ke dorsal.Gerak arthtrokinematic Traction nya selalu ke arah lateral searah acromion ditarik

a.     MLPP dan  CPP
1)    MLPP pada posisi netral
2)    CPP pada posisi protraction penuh








3.     Sternoclavicular Joint

Merupakan sendi synovial yang berupa hubungan antara manubrum streni dengan bagian medial clavicula. Dengan jenis sendi ‘saddle joint’ sendi ini diperkuat oleh ligamen costoclavicular yang berfungsi untuk mengontrol gerak sliding clavicula terhadap manubrum sterni ketika terjadi gerak shoulder. Gerakan anteroposterior terjadi diantara manubrium dengan diskus, sedang antara diskus dengan clavicula pada gerakan elevasi dan depresi scapula. Gerakan elevasi berkisar 4° setiap lengan flexi 10° sampai flexi 90°. Pada rotasi axis longitudinal berkisar 40. Gerakan anteroposterior terjadi diantara manubrium dengan diskus, sedang antara diskus dengan clavicula pada gerakan elevasi dan depresi scapula. Gerakan elevasi berkisar 4° setiap lengan flexi 10° sampai flexi 90°. Pada rotasi axis longitudinal berkisar 40°

a.     MLPP dan CPP:
1)    MLPP pada posisi netral
2)    CPP posisi protraction penuh

4.     Scapulothoracal Joint

Selain bersendi pada acromioclavicular dan sternoclavicular, scapula tanpa perlekatan ligamen dan sendi/tulang) bersendi dengan thorax. Gerakan sendi ini berkaitan dengan gerak protraksi, retraksi, elevasi dan depresi serta rotasi. Terjadi sliding antara muskulo serratus anterior dengan muskulo subscapularis . Gerakan flexi dan abduksi 2/3 gerak (120°) terletak pada glenohumeral, sedang 1/3 gerak (60°) terjadi pada sendi scapulohumeral. Gerakan Scapulo thoracic sebesar 60° itu tediri dari 20° pada acromioclavicular sedang 40° pada sternoclavicular. Gerak arthrokinematic Traction : scapulae menjauh terhadap dinding thorax.


D.   Otot di Shoulder Complex

1.     Otot Deltoideus
a.     Deltoid Anterior
1)    Origo : sepertiga os clavicula
2)    Insersio : deltoid tuberosity
3)    Fungsi : shoulder abduction, flexion, medial rotation, dan horizontal adduction
4)    Nerve : axillary nerve (c5, c6)
b.     Deltoid midle
1)    Origo : Acromion proc.
2)    Insersio : Deltoid tuberosity
3)    Fungsi : Shoulder abduction
4)    Nerve : axillary nerve (c5, c6)
c.     Deltoid posterior
1)    Origo : spina scapula
2)    Insersio : Deltoid tuberosity
3)    Fungsi : Shoulder abduction, extension, hyperextension, lateral rotation, horizontal abduction
4)    Nerve : axillary nerve (c5, c6)

2.     Otot Supraspiatus
a.     Origo : supraspinous fossa  scapula
b.     Insersio : greater tubercle humerus
c.     Fungsi : shoulder abduction
d.     Nerve : suprascapular nerve (C5, C6)

3.     Otot Infraspinatus
a.     Origo : infraspinous fossa scapula
b.     Insersio : greater tubercle humerus
c.     Fungsi : shoulder lateral rotation, horizontal
abduction
d.     Nerve : suprascapular nerve (C5, C6)

4.     Otot Teres Minor
a.     Origo : axillary border scapula
b.     Insersio : greater tubercle humerus
c.     Fungsi : shoulder lateral rotation, horizontal abduction
d.     Nerve : Axillary nerve (C5, C6)

5.     Otot Subscapularis
a.     Origo : subscapular fossa  scapula
b.     Insersio : lesser tubercle  humerus
c.     Fungsi : shoulder medial rotationabduction
d.     Nerve : subscapular nerve (C5, C6)

6.     Otot Pectoralis Major
a.     Clavicular Portion
1)    Origo : sepertiga medial clavicula
2)    Insersio : melekat sisi lateral sulcus bicibitalis
3)    Fungsi : shoulder flexi 60  derajat pertama
4)    Nerve : lateral dan medial pectoral nerve (C5,C6, C7, C8, T1)
b.     Sternal Portion
1)    Origo : sternum, cartilargo costa 1-6
2)    Insersio : melekat sisi lateral sulcus bicibitalis
3)    Fungsi : shoulder ekstensi 60  derajat pertama
4)    Nerve : lateral dan medial pectoral nerve (C5,C6, C7, C8, T1)
c.     Clavicular Portion and Sternal Portion
1)    Fungsi : Shoulder adduction, medial rotation, dan horizontal adduction
2)    Nerve : lateral dan medial pectoral nerve (C5,C6, C7, C8, T1)



7.     Otot Coracobrachialis
a.     Origo : coracoid proc. scapula
b.     Insersio : sepertiga medial os humerus
c.     Fungsi : stabilisasi shoulder joint
d.     Nerve : musculocutaneous nerve (C6, C7)


E.    Gerak Aktif Shoulder

1.     Gerak Aktif Fleksi. Ada 3 tahap:
a.     Tahap 1 lingkup 00 sampai 50-600, dilakukan oleh otot:
1)    M. Deltoid anterior (n. Axilaris, radiks c5,c6)
2)    M. Coracobrachialis (n. Musculocutanius, radiks c6,c7)
3)    M. Pectoralis mayor serabut clavicular
b.     Tahap 2 lingkup 60-1200, dilakukan oleh otot :
1)    Ditambah m. serratus anterior
2)    M. Trapezius ascendence
3)    M. Latissimus dorsi
c.     Tahap 3 lingkup 120-1800, dilakukan oleh otot :
1)    M. serratus anterior
2)    M. Latissimus dorsi
3)    M. Erector spine.

2.     Gerak Aktif Ekstensi (dan adduksi) oleh:
a.     M. Latissimus dorsi (n. thoraco dorsal, radiks C6,C7)
b.     M. Teres mayor (n. subscapularis inferior, C5,C6)
c.     M. Deltoideus posterior (n. axilaris, radiks C5,C6)

3.     Gerak Aktif Abduksi Dilakukan Oleh Otot:
a.     M. Deltoid medius (n. axilaris, radiks C5,C6)
b.     M. Supraspinatus (n. subscapularis C5)

4.     Gerak Aktif Internal Rotation oleh otot:
a.     M. subscapularis (n. subscapularis superior & inferior, C5,C6)
b.     M. Pectoralis mayor (n. pectoralis medialis & lateralis,C5-8,T1)
c.     M. Latissimus dorsi (n. thoraco dorsal, radiks C6-8)
d.     M. Teres mayor (n. subscapularis inferior, C5,C6)

5.     Gerak Aktif External Rotation
a.     M. Infraspinatus (n. suprascapular, C5,C6)
b.     M. Terses minor (n. axilaris, C5)

6.     Gerak Aktif Horizontal Abduction oleh otot:
a.     M. Deltoideus posterior (n. axilaris, C5)

7.     Gerak aktif Horizontal Adduction
a.     M. Pectoralis mayor(n. pectoralis medialis & lateralis,C5-8,T1)
b.     M. Deltoideus anterior (n. axilaris, radiks C5,C6)


F.    Scapulohumeral Rhytm

        Pada selama gerakan shoulder abduction – elevation dan juga selama flexion terjadi gerakan osteokinematic yang proporsional antara humerus dan scapula, yang disebut scapulohumeral rhythm.

1.     Scapulohumeral Rhtym
a.     Pada awal gerak abduction 0-300 terjadi gerak humerus 300  sementara scapula pada posisi tetap atau bahkan sedikit adduction.
b.     Pada range 300  - 600  terjadi gerakan yang proporsional antara abduction humerus : scapula sebesar 2 : 1.
c.     Selanjutnya pada abduction 600 – 1200 juga terjadi humerus external rotation secara bertahap sebesar 900 karena menghindari benturan acromion dengan head of humerus. Sementara gerak proporsional antara humerus dan scapula 2 : 1 tetap berlanjut.
d.     Pada abduction 1200 – 1800 gerak proporsional tersebut tetap berlanjut. Pada range ini mulai terjadi gerakan intervertebral dan costae dan bermakna pada akhir ROM


G.   Kasus Pada Redio Shoulder Joint

1.     Bursitis Deltoid

a.     Patologi

Bursitis merupakan peradangan dari Bursa. Kelainan ini jarang primer, tetapi biasanya sekunder terhadap kelainan degenerasi dari “rotator cuff”. Bursitis subdeltoideus. Penderita bursitis subakromialis, keluhan pertamanya adalah “tidak dapat mengangkat lengan ke samping (abduksi aktif)”, tetapi sebelumnya sudah merasa pegal-pegal di bahu.Lokasi nyeri yang dirasakan adalah pada lengan atas atau tepatnya pada insersio otot deltoideus di tuberositas deltoidea humeri. Nyeri ini merupakan nyeri rujukan dari bursitis sub kromialis yang khas sekali. Ini dapat dibuktikan dengan penekanan pada tuberkulum humeri. Tidak adanya nyeri tekan di situ berarti nyeri rujukan. Bursa subdeltoideus merupakan lapisan sebelah dalam dari otot deltoideus dan akronim, serta lapisan bagian luar dari otot “rotator cuff”. Bursa ini sedikit cairan. Gerakan abduksi dan fleksi lengan atas akan menyebabkan dua lapisan dinding bursa tersebut saling bergesekan. Suatu peradangan pada tendon juga akan menyebabkan peradangan pada bursa.  
( Heru Purbo K ,2001)






2.     Frozen shoulder

a.     Etiologi

Penyebab frozen shoulder tidak diketahui, diduga penyakit ini merupakan respon auto immobilisasi terhadap hasil – hasil rusaknya jaringan lokal. Meskipun penyebab utamanya idiopatik, banyak yang menjadi predisposisi frozen shoulder, selain dugaan adanya respon auto immobilisasi seperti yang dijelaskan di atas ada juga faktor predisposisi lainnya yaitu usia, trauma berulang (repetitive injury), diabetes mellitus, kelumpuhan, pasca operasi payudara atau dada dan infark miokardia, dari dalam sendi glenohumeral (tendonitis bicipitalis, infalamasi rotator cuff, fracture) atau kelainan ekstra articular (cervical spondylisis, angina pectoris) (Djohan, 2004; David, 2009). 


0 komentar:

Posting Komentar