Pages

Subscribe:

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Jumat, 10 Maret 2017

MK Patologi Neuromusculer (kelainan pada n.tibialis dan n.peroneal)

Nervus Tibialis
           
            Saraf ini merupakan cabang terminal bagian medial dari n. ischiadicus. Awalnya saraf ini terdapat di profundus m. semimembranosus. Kemudian berjalan serong, superficial terhadap vasa popliteal. Selanjutnya berada di medial dari vasa tersebut ketika berada di profundus dari m. gastrocnemius.


            N. tibialis menginervasi m. gastrocnemius, plantaris popliteus et soleus. Cabang n. tibialis adalah n. cutaneous surae medialis, yang berjalan di antara kedua capita m. gastrocnemius menuju pertengahan region cruris posterior untuk menyatu dengan r. communicans peroneus , n. peroneus communis membentuk n. suralis.

Nervus Peroneus

            Saraf ini merupakan cabang terminal dari n. ischiadicus yang lebih kecil dan letaknya di lateral. N. peroneus (communis) mengikuti tepi medial m. biceps femoris dan tendo insertionya di sepanjang batas superolateral fossa popliteal. Kemudian meninggalkan fossa ini dengan berjalan seuperficial terhadap caput lateral m. gastrocnemius. Mengitari permukaan lateral collum fibula. Akhirnya berjalan di profundus dari bagian superior m. peroneus longus. Setinggi collum fibula, saraf ini bercabang menjadi dua cabang terminalnya, yaitu n. peronea profundus et superficialis. Nervus peroneus dibentuk oleh gabungan 4 divisi divisi posterior bagian atas pleksus sacral yaitu dari L4-5 dan S1-2. Articulationes genu et tibiofibularis proximalis mendapatkan inervasi dari saraf ini. Cabang-cabang lainnya adalah n. cutaneous surae lateralis, yang meninervai kulit region cruris posterior, serta r. communicans peroneus.










Kelainan pada Nervus Tibialis dan Peroneus

1.     Tarsal Tunnel Syndrome

Tarsal tunnel syndrome adalah sejenis dengan carpal tunnel syndrome yang diakibatkan oleh kompresi nervus tibialis di bawah fleksor retinaculum pada pergelangan kaki distal. Kelainan langka ini dapat terjadi jika ada kompresi masa lesi di tarsal tunnel atau trauma local dikerenakan cedera pada pergelangan kaki. Pasien mungkin mengalmai gejala nyeri secara signifikan dalam kalkanealis medial, plantar medial dan daerah plantar saraf lateral. Dengan gejala yang sedang berlangsung tidak hanya menggunakan perawatan non-operative juga bisa dengan perawatan bedah pada kalkanealis medial dan daerah saraf plantar medial tapi tidak pada saraf plantar lateral.

Tarsal tunnel syndrome bisa disebabkan oleh ankle sprain dan juga disebabkan oleh berlebihan atau repetetif stress otot-otot fleksor kaki bagian bawah terutama ketika jatuh. Pre-treatment saraf motorik konduksi latency lebih signifikan pada perawatan bedah darpada mereka yang hanya perawatan non-operative. Pengetahuan anatomi berguna dalam tindak dan pretreatment untuk mengevaluasitarsal tunnel syndrome. Untuk diagnosis yang akurat diperlukan pemeriksaan klinis, neurologis dan neurofisiologis yang tepat. Pemeriksaan fisik dengan memanipulasi kaki yang terkena syndrome, dengan mengetuk luka tersebut atau menekan daerah yang seringkali kesemutan yang menjalar ke tumit, telapak kaki, atau jari kaki. Tes lainnya dibutuhkan untuk memastikan penyebab luka khususnya pada perawatan operative.


Ada banyak cara terapi pijat dan bodywork yang dapat digunakan untuk mengobati tarsal tunnel syndrome. Para terapis pijat menggunakan beberapa teknik untuk mengurangi kondisi syndrome. Dapat menggunakan terapi neuromuscular atau terapi untuk menghilangkan myofacial trigger points yang berkaitan dengan ketegangan tendon otot fleksor pada pergelangan kaki. Terapis pijat juga bisa menggunakan teknik myofascial release atau teknik pijat deep tissue untuk melepaskan pelekatan antar fleksor yang menyebabkan tarsal tunnel syndrome sementara juga menggunakan teknik  relaksasi otot untuk mengurangi ketegangan otot.

2.     Peroneal Neuropathy

Neuropati adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan gangguan fungsi struktur dari saraf tepi yang disebabkan oleh radang dan kelainan struktur saraf. Mononeuropati adalah bentuk neuropati perifer ditandai dengan gangguan sensori dan motor dalam saraf. Peroneal neuropati adalah mononeuropati yang paling sering ditemui di ekstermitas bawah mengakibatkan keluhan klinis nyeri dan gangguan sensorik di lateral bawah tungkai dan punggung kaki serta kelemahan dari dorsifleksor pergelangan kaki.
Penyebab yang seangat sering terjadi adalah akibat tekanan dari luar seperti penkanan pada saraf selama jongkok atau duduk bersila, trauma diabetes dan lepra. Paling sering terjadi akibat duduk bersilang karena saraf peroneal terjepit antara caput fibula dan condyles femur externa serta patella pada tungkai yang berlawanan. Kondisi ini lebih sering terjadi pada mereka dengan penurunanberat badan atau tindakan oprasi, karena hilangnya lemak akan mengurangi proteksi terhadap saraf tersebut, sedangkan penurunan berat badan memungkinkan pasien merasa enak duduk bersilang. Kebiasaan duduk bersilang kaki dapat menimbulkan dimple sign yang terdiri dari daerah pressure atropi berbentuk oval yang mengenai jaringan sampai ke saraf peroneal di caput fibula. Kerusakan saraf peroneal dapat diakibatkan oleh malposisi pada saat diatas meja oprasi, selain itu pekerjaan yang memerlukan posisi berjongkok atau bersujud akan meningkatkan tekanan saraf terhadap collum fibula sehingga menyebabkan terjadinya peroneal palsy. Gangguan fungsi saraf peroneal dapat terjadi setelah mengalami keseleo atau terkilir pada pergelangan kaki. Mekanisme lainnya dari penyebab kelainan itu adalah trauma langsung, dislokasi lutut, fraktur tibia dan fibula dan malposisi diatas meja oprasi.
Gejala klinis peroneus neuropati dapat diklasifikasikan menurut level lesi nya antara lain:
1.     lesi pada kaput fibula
sebagian besar kelumpuhan saraf peroneus terjadi pada daerah caput fibula yang sarafnya terletak superficial dan profunda yang rentan terhadap cedera.  Jika hanya cabang profunda yang eterkena cedera menimbulkan deep peroneal nerve syndrome.

2.     Anterior tibial ( deep peroneal ) nerve syndrome
Saraf ini mengalami cedera pada caput fibula. Saraf ini dapat juga tertekan pada pergelangan kaki sehingga menyebabkan anterior tarsar tunnel syndrome yang menimbulkan gejala parese danatropi pada M. ekstensor digitorum brevis.

3.     Superficial peroneal nerve syndrome
Lesi bisa pada caput fibula, gangguan sensori pada kulit bagian lateral distal tungkai bawah dan dorsum kaki. Sedangkan kulit disela jari kaki 1 dan 2 masih baik.

            Selain menurut level lesina, gejala klinis peroneus neuropati juga dapat dubedakan menurut penyebabnya, yaitu:

1.     Anterior tibialis syndrome
Dimulai dengan nyeri local dan tenderness pada M. tibialis anterior secara mendadak. Daerah pre tibial tampak tegang dan erythematous tetapi tungkai terasa dingin. Parlise otot-otot bagian anterior berkembang dengan cepat, terutam a M. tibialis anterior. M. extensor digitorum brevis menjadi lemah dan gangguan sensoris terbatas pada daerah N. peroneal profunda.

2.     Penyakit oklusi arteriosklerotik
Gejala nyeri pada ektermitas bawah berhubungan dengan gangguan pembuluh darah tepi, rasa nyeri seperti panas, terbakar, geli dan tertusuk terutama waktu malam hari. Gangguan motoric dan reflek juga terjadi pengecilan otot.


3.     Penyakit lepra
Deficit neurologis bekembang secara progresif sesuai dengan perkembangan penyakitnya. Gangguan sensoris berkemban ke telepak kaki, tungkai dan paha. Foot drop merupakan gejala kedua yang sering terjadi. Bila mengenai N. tibialis posterior 1/3 distal tungkai akan menimbulkan paralisis otot-otot intrinsic dan hilangnya sensibilitas telapak kaki. Strect reflek masih baik ini yang mebedakan lepra dari polineuropati lainnya.

4.     Diabetes
Kelemahan dan atropi otot-otot proksimal ektermitas bawah yang asimetris. Sering disertai dengan nyeri otot-otot paha dan paling berat terjadi di malam hari. Reflek patella menurun dan gangguan sensoris sering tidak begitu menyolok. Yang terpenting yaitu adanya perubahan amplitude, adanya blok konduksi dan kegagalan konduksi saraf, menurunnya kecepatan hantaran saraf, meningkatnya distal latency serta memperlihatkan tanda-tanda denervasi.

            Untuk mendiagnosis pasien peroneal neuropati dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik dengan tujuan untuk mengetahui permasalahan. Hasil diagnosis meliputi adanya keterbatasan fisik (nyeri gerak, kesemutan dan kram) dan keterbatasan fungsi (saat jongkok dan bersila).

            Dalam kasus ini yang dapat dilakukan terapis adalah penggunakan IR, TENS dan terapi latian (TL).
1.     IR (Infra Red)
·      Mempersiapkan alat dan pasien
·      Memancarkan IR tegak lurus dengan otot peroneus kira-kira 15cm. dengan dosis maksimal 15 menit waktu terapi
·      Memastikan kondisi pasien hangat dan nyaman
·      Setelah selesai melakukan terapi alat diposisikan seperti semula

2.     Transcutaneus Nerve Stimulation (TENS)
·      Memposisikan alat electrode pada otot peroneus dan telapak kaki
·      Ikat electrode dengan tali perekat agar tetap pada satu posisi
·      Mengatur waktu terapi ± 13 menit, frekuensi 40 -100 ppd dan durasi fase 20-200 mikrodetik

3.     Terapi Latian (TL)
·      Streaching terapis berada disamping pasien
·      Memfiksasi pada ankle pasien
·      Streach kearah dorsi fleksi
·      Menghitung selama 3 hitungan lalu rileks
·      Melakukan pengulangan selama 5 kali

3. Drop Foot

            Drop foot adalah keterbatasan atau ketidakmampuan pada bagian dorsofleksi yang mengacu pada kelemahan otot-otot (tibialis anterior, ekstensor halucis longus dan ekstensor digitorum longus) yang memungkinkan seseorang untuk melenturkan pergelangan kaki dan jari kaki. Drop foot dapat dikaitkan dengan berbagai kondisi, termasuk cedera dorsifleksor, cedera saraf perifer, stroke, neuropti, toksisitas obat atau diabetes.

            Peneyebab Drop foot meliputi cedera saraf yang disebabkan oleh saraf peroneal yang diikuti dengan rasa sakit atau mati rasa di sepanjang  tulang kering atau bagian atas kaki. Penyebab dari kerusakan saraf peroneal seperti cedera olahraga, diabetes militus, hip or knee replacement surgery, duduk bersila/jongkok dalam waktu yang lama, persalinan, penurunan berat badan dan cedera pada akar saraf. Kondisi neurologis pada gangguan otak dan tulang belakang juga mempengaruhi drop foot seperti stroke, multiple sclerosis (MS), cerebral palsy, dan charcot-marie-tooth disease. Kondisi otot-otot yang lemah secara progresif atau memburuk dapat menyebabkan drop foot seperti muscular dystrophy, amyotrophic lateral sclerosis(penyakit lou Gehrig) dan polio.

            Gejala dari kelainan drop foot meliputi ketidakmampuan dordofleksi, nyeri, mati rasa, hilangnya fungsi kaki dan gaya berjalan(steppage gaid dan footdrop gait). Yang paling umum ditemui adalah karena gaya bejalan steppage gait yang sering ditandai dengan menaikkan paha terlalu berlebihan sambil berjalan, seolah-olah menaiki tangga yang dikaitkan dengan menyeret kaki dan jari kaki, menyeret jari kaki ditanah dan jari kaki menapak dengan tidak terkontrol. Dalam kelainan ini diagnosa dilakukan dengan X-ray dan MRI guna untuk memperjelas saraf yang mengalami kerusakan serta electromyelogram (EMG) guna untuk mengetahui jenis neuropati, letak lesi, memperkirakan luas cedera dan memberikan prognosis.


            Penanganan fisioterapinya adalah diberi latihan untuk menguatkan kaki bagian bawah dan telapak kaki serta pemasangan ankle-foot orthosis (AFO). AFO merupakan modalitas terapi yang paling sering digunakan untuk drop foot, materialnya terbuat dari plastic, metal serta kulit hewan. AFO yang terbuat dari plastik lebih ringan dari pada metal namun hanya digunakan untuk jangka pendek. Model AFO dari plastik yang dibuat secara custom (yaitu sesuai dengan bentuk kaki individu) dapat dipakai untuk jangka waktu yang lebih lama karena risiko mengiritasi kulit lebih kecil dari pada tipe standar. AFO yang terbuat dari metal dan kulit hewan lebih berat dari pada AFO plastik. Kontak dengan kulit harus minimal dengan menggunakan kaos kaki khusus. AFO metal dan kulit hewan baik dipakai untuk pasien yang sering mengalami edema dan fluktuasi di kaki.

0 komentar:

Posting Komentar